BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

13 Maret 2013

Hewan yang dimanfaatkan untuk berperang

Para kesatria di atas kuda bisa merusak formasi pasukan musuh. lumba-lumba angkatan laut membantu membersihkan Pelabuhan Umm Qasr dari ranjau. tentara Roma dan Yunani menggunakan lebah untuk menghalangi musuh. Itulah sebagian hewan yang digunakan dalam perang. Hewan-hewan bisa jadi “senjata biologis” karena kemampuan mereka, paling tidak pada saat itu, tidak dapat disamai oleh kemampuan mesin. Berikut ini adalah sejumlah hewan yang seringkali dimanfaatkan dalam konflik.


Kelelawar

Kemarahan Amerika Serikat atas serangan Jepang ke Pearl Harbor menelurkan ide memasang bom di kelelawar. Percikan api diharapkan dapat dipicu untuk membakar kota-kota Jepang saat kelelawar ini bertengger di atap bangunan. Namun 
rencana ini batal, karena dalam pengujian banyak kelelawar tidak kooperatif dan kabur. Hingga kini, ilmuwan Pentagon masih mempelajari bagaimana mekanisme terbang kelelawar ini untuk mengembangkan desain pesawat dan robot mata-mata.


Unta

Di masa lampau, hewan ini banyak digunakan di kawasan panas dan kering di Afrika Utara dan Timur Tengah. Karena unta memiliki kemampuan bertahan di kondisi ekstrem dan seringkali tanpa air, di masa perang hewan ini cukup berguna. Bau unta kabarnya membuat takut kuda-kuda yang digunakan musuh. Tentara Persia terkadang mempersenjatai unta mereka. Sedangkan prajurit Arab seringkali menunggang unta saat penyerbuan untuk menaklukan suatu daerah. Peran unta dalam perang merosot sejak berkembangnya senjata api. Tapi, unta masih terlihat digunakan saat Perang Dunia I.



lebah

Sengat lebah bisa jadi senjata mematikan. Di zaman dulu, tentara Roma dan Yunani menggunakan lebah untuk menghalangi musuh. Penggunaan lebah berlanjut saat abad pertengahan, Perang Dunia I, dan Perang Vietnam. Ilmuwan Amerika Serikat juga menemukan kegunaan lebah untuk tujuan damai, yakni mendeteksi ranjau darat.


singa laut

Mamalia ini mampu melihat dalam kondisi cahaya minimal serta bisa mendengar di bawah permukaan air. Singa laut juga bisa berenang dengan kecepatan hingga 40 km/jam dan menyelam hingga kedalaman 300 meter. Dengan kemampuan ini, angkatan laut AS melatih singa laut untuk menandai ranjau.

merpati

Hewan ini memiliki kemampuan navigasi sehingga bisa kembali ke sarang meskipun telah menempuh perjalanan ratusan kilometer. Puncak kepopuleran penggunaan merpati terjadi pada saat Perang Dunia I, saat tentara sekutu menggunakan 200.000 merpati untuk keperluan komunikasi. Seekor Merpati bernama Cher Ami mendapat penghargaan setelah mengirim 12 pesan untuk benteng di Verdun, Prancis. Bangsa burung pensiun dari tugas militer setelah teknologi komunikasi berkembang pesat.


lumba-lumba

Hewan ini memiliki sonar biologis untuk mencari ranjau berdasarkan konsep gema. Pada masa Perang Teluk dan Perang Irak, lumba-lumba milik angkatan laut membantu membersihkan pelabuhan Umm Qasr dari ranjau.

gajah

Hewan besar ini bisa menginjak tentara, menusukkan gading, dan melempar orang dengan belalainya. Kerajaan kuno di India diperkirakan menjadi kerajaan pertama yang menjinakkan gajah. Tapi, kemampuan ini segera menyebar ke Persia dan Timur Tengah. Alexander Agung dikabarkan pernah menemui sepasukan gajah saat mencoba menaklukan suatu daerah. Kuda seringkali takut dengan pemandangan dan bau Gajah. Tentara manusia juga merasa diteror secara psikologis dengan bentuk Gajah yang sangat besar.


keledai

Tidak sehebat hewan perang lainnya, tapi ribuan pasukan akan menderita jika tak ada Keledai. Pasalnya, hewan inilah yang didaulat membawa makanan, bahkan persenjataan dan barang-barang lain yang dibutuhkan militer. Dulu, tentara Roma membawa satu Keledai tiap 10 legiun. Napoleon Bonaperte juga menaiki keledai saat melintasi Alpen. Keledai masih sering mendapat tugas militer hingga saat ini. Tentara AS bergantung pada hewan ini untuk mengantar barang ke pos-pos terpencil di pegunungan Afghanistan.


anjing

Orang-orang Spanyol menggunakan anjing yang dipersenjatai saat menaklukan Amerika Selatan di abad ke-16. Anjing juga berperan besar selama konflik di abad pertengahan di Eropa. Tugas anjing di masa modern kini meliputi mendeteksi bom dengan indera penciuman. Di Irak dan Afghanistan, anjing militer dikenakan rompi antipeluru demi menjamin keamanan selama bertugas.

kuda

Nah, ini hewan yang paling populer saat perang berlangsung. Manusia telah menjinakkan kuda setidaknya sejak 5.500 tahun lalu. Para kesatria di atas kuda bisa merusak formasipasukan musuh. Stabilitas di atas pelana dan sanggurdi membuat prajurit Mongol dapat berperang dan menembakkan panah dari atas kuda. Pertempuran besar dengan memanfaatkan kuda tidak berakhir, hingga tank dan senapan mesin muncul menjadi favorit.

Lumba-lumba Dilatih Jadi Hewan Pembunuh


Lumba-lumba dikenal sebagai mamalia laut yang cerdas, sosial, dan kerapkali menoreh reputasi baik sebagai penolong manusia yang terjebak di lautan luas.

Tetapi, baru-baru ini, seorang ahli melaporkan bahwa lumba-lumba telah dilatih sebagai hewan pembunuh oleh Angkatan Laut Ukraina.

Di awal bulan ini, media lokal setempat juga melaporkan, dua dari lima lumba-lumba yang sudah dilatih militer telah kembali ke pangkalannya di Pelabuhan Sevastopol Krimea, Ukraina.


Namun, Kementerian Pertahanan Ukraina membantah laporan tersebut. Mereka menolak tuduhan bahwa Angkatan Laut-nya telah menggunakan lumba-lumba sebagai pasukan militer. Meski begitu, media Ukraina sering menampilkan foto-foto tubuh mamalia laut itu terikat pada peralatan militer.

"Pelatihan militer yang dilakukan terhadap lumba-lumba sudah cukup lama dilakukan, yaitu pada tahun 1980," kata Yury Plyachenko, seorang mantan Angkatan Laut Soviet, dilansir RIA Novosti, 14 Maret 2013.

Dia menjelaskan, pada zaman Uni Soviet dulu, lumba-lumba yang berada di Pelabuhan Sevastopol Krimea dilatih untuk menemukan peralatan militer.

"Mereka (lumba-lumba) mempunyai kemampuan untuk menemukan ranjau di laut, menyerang pasukan katak dari pihak musuh, bahkan dipasangkan bahan peledak di kepala untuk melumpuhkan kapal musuh," ujar Plyachenko.

Setelah Uni Soviet pecah, pembagian armada lautnya dibagi menjadi dua, kepada Rusia dan Ukraina. Sementara bagian pelatihan spesialis lumba-lumba diberikan kepada Angkatan Laut Ukraina.

Seorang sumber dari Angkatan Laut di Pelabuhan Sevastopol Krimea mengatakan kepada RIA Novosti, bahwa tahun lalu Angkatan Laut Ukraina telah melanjutkan pelatihan lumba-lumba untuk menyerang pasukan katak dan mendeteksi ranjau dari para musuhnya.


"Lumba-lumba pembunuh ini dilatih dan dipasangkan pisau dan pistol khusus untuk menyerang para pasukan perenang musuh," ungkap sumber tersebut.