BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

27 Juni 2010

Seputar Mossad

Jika ada “Piala Dunia” perlombaan Intelejen seluruh dunia , (mungkin) urutan pertama saat ini adalah Mossad. Intelejen ini paling agresif dan masif menjalankan misinya secara sistematis dan terkordinir. Itelejen ini terkenal sangat brutal dan tidak menjunjung HAM atas sasaran yang mereka incar. Urusan salah sasaran, itu nomor dua, yang penting tugas dan misi diselesaikan “secepat kilat.”

Institusi ini pertama sekali dibentuk tidak lama setelah pembentukan Negara Israel. Mossad mulai dibentuk pada 3 Desember 1949. Kemudian diresmikan oleh Perdana Menteri Israel David ben Gurion pada 1 April 1951.

Idea pembentukan Intelejen Mossad muncul akibat mereka merasakan berada dalam “kepungan” musuh sehingga memerlukan sebuah dinas yang mampu memberikan informasi lebih awal dengan akurat. Fungsi utamanya adalah mengkoordinasikan informasi menjadi solusi yang tepat sasaran. Informasi didapatkan melalui pengumpul informasi tertutup (spionase) maupun melalaui informasi terbuka dari informan atau agen-agen yang di susupkan kepada obyek yang akan mereka teliti.

Mossad,sejak kehadirannya menjadi momok paling ditakuti oleh Negara-negara Arab. Sistem dan kerja mereka benar-benar efektif dan eifisen, sehingga jarang sekali memperoleh informasi yang keliru dengan kenyataan (walaupun ada terjadi beberapa kali).

Agresifitas Mossad (Pria dan wanita) kini bukan saja di sekitar Timur Tengah, tapi sudah menjelajah dan merambah ke seluruh Dunia. Mereka memiliki anggota sekitar 2000-2500 orang di seluruh dunia (untuk konsumsi publik. Sedangkan informasi sebenarnya tentu dirahasiakan).

Wanita cantik, cerdas dan menarik khusus direkrut dan dibekali doktrin serta ketrampilan khusus selama 2 tahun oleh Collection Departement. Wanita ini benar-benar tersamar jika melakaukan infiltrasi ke jantung pertahanan musuh atau ke jantung sasaran yang akan dituju.

Di dalam Tubuh Organisasi Mossad, terdiri atas beberapa departemen, yaitu :

  • Collections Department (Pengumpulan Informasi dari spionase, informan maupun media masa. Termasuk didalam nya adalah pengkaderan dan merekrut anggota baru).
  • Political Action and Liaison Department (Menterjemah informasi dan prakiraan sebab akibat, Petugas yang dikirim secara resmi ke Negara lain, mengikuti acara kenegaraan).
  • Special Operations Division, atau disebut Metsada (Pelaksana Eksekusi)
  • LAP (Lohamah Psichlogit)Department (Pembinaan mental dan psikologis serta doktrinasi anggota.
  • Research Department (penelitian, teknologi informasi, pengembangan studi kasus dan lain-lain)

Mossad dan jaringannya tersebar keseluruh penjuru dunia, mampu memperalat dan menggunakan perseorangan, individu atau organisasi. Mereka yang diperalat itu tanpa disadari sedang digunakan oleh Mossad untuk mencapai targetnya.

Perlengkapan Senjata standard agen Mossad :

Glock Pistol, MK 19 Grenade Launcher, IMI Negev Machine Gun, Tavor TAR-21 (all version), Para Micro-Uzi, M4 Carbine, Remington 870, M24-Sniper System, Perangkat Teropong dan Navigasi serta Radio Gelombang Khusus.


Mata-Mata Mossad Bertebaran Di Indonesia



Pagi hari di Sabtu pertama Oktober 2005. Perwira piket di desk Asia markas besar Mossad di Tel Aviv menerima surat elektronik kilat dari agen lapangannya di Jakarta. Pesannya: Bali kembali diserang bom bunuh diri.

Informasi yang sampai begitu cepat di markas besar dinas intelejen luar negeri Israel, Mossad, membuktikan satu hal, betapa efisiennya kerja mata-mata Mossad yang di tempatkan di Jakarta.

Dalam bukunya Gideon's Spies yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Pustaka Primata, Gordon Thomas menulis bahwa Mossad merekrut banyak sayanim di sejumlah negara, terutama negara Muslim atau mayoritas penduduknya Muslim.

Sayanim adalah orang Yahudi yang tinggal di suatu negara yang secara sukarela memberikan informasi kepada Mossad. Sejarah keberadaan keturunan Yahudi di Indonesia dimulai sejak Belanda menjajah negeri ini.

Bom Bali kedua itu, menurut Thomas, adalah hasil rancangan Azhari Husin (Thomas tidak menulis tokoh teroris asal Malaysia itu dengan Azahari, seperti kebanyakan media di sini menulisnya).
Segera setelah kejadian itu, Dinas Intelejen Inggris, MI5, mengonfirmasikan bahwa Mustafa yang misterius dan dicari-cari karena peranannya dalam pengeboman di London adalah Azhari Husin. Azhari disebutkan sempat ke London untuk merekrut sendiri sukarelawan bom bunuh diri itu.
Bahkan dia diperkirakan masih ada di London ketika bom meledak, sebagaimana kebiasaanya selama ini 'menikmati' efek kehancuran yang ditimbulkan oleh racikan bomnya.

Luar biasa betul Azhari ini jika memang dia sempat jalan -jalan ke London selama pengejaran yang dilakukan polisi Indonesia. Pantaslah jika ia licin bak belut. Melintasi benua yang ribuan kilometer jauhnya dengan melewati banyak pemeriksaan keamanan untuk memastikan keabsahan paspor palsu yang dia pakai, bukanlah pekerjaan mudah.

Kembali ke Mossad, dinas mata-mata ini mengakui, seperti ditulis Thomas, tidak membutuhkan ucapan terimakasih dari negara atau dinas intelejen yang dibantunya, tidak terkecuali ketika membantu Jakarta melumpuhkan Azhari di Batu. "Sanjungan bak pahlawan tidak punya tempat dalam bisnis kami," ujar mantan Direktur Operasi Mossad Rafi Eiten.

Agaknya karena itulah peranan Mossad dalam pengungkapan terorisme di Indonesia tidak pernah diketahui publik. Lebih kabur lagi adalah keberadaan agen lapangannya dan jaringan informan Yahudi ayanim yang bertebaran di Tanah Air.

Mossad memiliki sejuta cara untuk mendapatkan informasi, bahkan yang paling rahasia sekalipun dari lawan-lawannya. Lihatlah bagaimana mereka mendapatkan informasi mengenai kedatangan petinggi Hamas Mahmoud Mabhouh di Dubai. Dari informasi orang dalam itulah, Mossad membunuh komandan Hamas itu.

Tidak itu saja, menurut Thomas, Mossad adalah dinas mata-mata yang paling mengetahui agen-agen dari negara mana saja yang berada di sekitar hotel Putri Diana di Prancis beberapa saat sebelum kematiannya.

21 Juni 2010

Kisah Agen Mossad yang Hampir Jadi Presiden Suriah (02)


Tapi bukanlah itu yang paling merusak dalam kegiatan Cohen. Kamel Amin Tsa’bet alias Eliahu Cohen telah membuat akhlak dan mental para petinggi di jajaran sipil dan militer Suriah rusak dengan suap dan korupsi, zina dan penyelewengan yang ia fasilitasi. Cohen membawa masuk peralatan komunikasi teknologi tinggi dari Israel, melalui bandara-bandara Suriah dengan cara menyuap pejabat-pejabatan imigrasi di sana. Dan dengan leluasa, peralatan tersebut ia gunakan untuk mentransfer berbagai informasi langsung ke Israel dari rumahnya.

Sampai suatu hari, tetangga depan rumahnya, milik kedutaan India, mengadu pada polisi karena ada gangguan komunikasi dengan sinyal tinggi di wilayah ini. Tapi laporan-laporan tersebut tidak pernah ditindaklanjuti, karena selain segan pada posisi
Eli Cohen, polisi setempat juga telah memakan suap yang disiapkan Cohen untuk melancarkan penyamarannya.

Di saat yang bersamaan, aparat intelijen Suriah juga sudah merasa curiga, tapi belum mengetahui harus curiga pada siapa. Kecurigaan ini muncul karena beberapa kejadian yang seharusnya informasinya sangat confidential, ternyata sudah diketahui oleh pihak luar. Sampai suatu hari, Suriah bekerjasama dengan Rusia dalam peralatan militer dan pertahanan. Salah satunya adalah alat pelacak sinyal komunikasi tingkat tinggi dan radar, yang diketahui secara akurat dan tepat.

Pada hari yang telah ditentukan, tanpa sepengtahuan Eli Cohen, aparat keamanan Suriah mematikan seluruh fasilitas penyiaran, baik radio ataupun televisi selama 24 jam. Tanpa sinyal penyiaran yang memang cukup besar, maka sinyal-sinyal komunikasi lain akan teridentifikasi. Salah satunya, sinyal yang paling kuat berasal dari rumah Eliahu Cohen. Radar bikinan Rusia ini berhasil menangkap sinyal yang kuat dari rumah Cohen, dan tentu saja ini mengundang kecurigaan. Regu khusus telah disiapkan untuk mendobrak masuk dan menangkap Cohen yang sedang mengirimkan data-data yang berhasil ia kumpulkan untuk Israel.

Berita penangkapan Cohen baru muncul dan ramai menjadi perhatian media, beberapa bulan kemudian, saat sebuah radio, Sout al Arab menyiarkan berita yang menghebohkan ini kepada dunia Arab. Cohen sendiri harus menjalani penahanan dan penyiksaan saat interograsi. Sebelum berita ini muncul, sebenarnya aparat intelijen Mesir sudah mencurigai saat Cohen terlihat di perbatasan Suriah dan Israel bersama pejabat-pejabat Suriah. Sebagai ganjaran, Cohen pada 18 Mei 1965, disaksikan lebih dari 10.000 rakyat Suriah Eliahu Cohen digantung di tengah lapangan. Andai saja penyamaran Cohen tak terungkap, ia hampir dapat dipastikan akan menjadi Presiden Suriah.

Cohen yang digantung, dianggap sebagai pahlawan oleh rakyat Israel. Hingga saat ini mereka masih memperjuangkan agar tulang belulang Cohen bisa dipindahkan dari Suriah ke Israel. Tapi sampai hari ini juga pemerintahan Suriah tidak mengizinkannya.
Kerusakan yang dihasilkan oleh operasi Cohen ini sungguh luar biasa. Bukan saja pada ranah politik dan pertahanan, keamanan dan rahasia negara, tapi lebih jauh dari itu, Cohen telah berhasil menanamkan jiwa-jiwa korup dalam tubuh birokrasi dan militer di Suriah. Dan ini adalah kerusakaan yang bersifat laten, lebih bahaya dari sekadar serangan militer.


Kisah Agen Mossad yang Hampir Jadi Presiden Suriah (01)




Hampir-hampir saja, Eli Cohen menjadi Presiden Suriah, jika skandalnya yang rapi tak terbongkar. Tahun 1965, adalah tahun yang penuh goncangan bagi politik Suriah. Namanya Eli Cohen dan ditulis dalam bahasa Ibrani seperti ini אלי כהן. Ia adalah Yahudi kelahiran Mesir yang direncanakan oleh Mossad akan disusupkan ke dalam pemerintahan Suriah. Ia dilatih dengan sangat serius di Israel, terutama kemampuan bahasa, sampai ia menguasai bahasa pergaulan sehari-hari warga Arab Suriah.

Setelah menyelesaikan latihannya di Israel, oleh Mossad ia dikirim ke Argentina dengan identitas palsu sebagai seorang Arab Suriah yang bernama Kamel Amin Tsa’bet. Di Argentina ia bergaul dan menjadi akrab dengan komunitas Suriah di negara Amerika Latin tersebut. Bahkan tak satu pun orang bisa mengenalinya, bahwa Kamel Amin Tsa’bet sesungguhnya adalah Eli Cohen, seorang Yahudi yang sedang bekerja untuk dinas intelijen Israel, Mossad.

Hanya dalam waktu yang sangat singkat, ia sudah sangat akrab dengan komunitas Suriah di Argentina. Tak hanya itu, Eli Cohen bahkan sudah mulai berpengaruh dalam komunitas tersebut. Maklum, semua ini memang telah dirancang, dan Mossad tentu saja tidak ingin semua investasi yang telah ditanam dalam diri Cohen sia-sia.

Eli Cohen alias Eliahu Cohen alias Kamel Amin Tsa’bet lahir di Alexandria, Mesir pada 16 Desember 1924. Ayahnya, Shaul Cohen, berimigrasi dari Aleppo, Suriah ke Mesir pada tahun 1914. Eli Cohen sendiri besar dan dewasa di Mesir, bahkan sebelum menjadi mata-mata, namanya sudah tercatat di dinas intelijen Hagganah, sebagai salah seorang yang berperan dalam membantu warga Yahudi keluar dari Mesir.

Ketika di Mesir ia sudah dicurigai, karena melakukan kegiatan mata-mata. Bahkan pada tahun 1952, ia pernah terlibat aktivitas mendukung Zionisme dan ditangkap oleh aparat keamanan Mesir. Ketika di Mesir inilah ia mengerjakan tugas-tugas yang membuat hubungan Mesir dengan dunia Barat memburuk. Beberapa contoh aksi yang ia lakukan adalah membantu operasi intelijen Mossad melakukan sabotase di kedutaan besar Inggris dan Amerika. Pada tahun 1956, Mesir melakukan kampanye anti Yahudi dan memaksa Cohen meninggalkan negeri piramida tersebut. Cohen berhasil keluar menuju Naples lalu masuk ke Israel.

Tugas Cohen setelah Mesir, adalah Argentina. Di negeri ini ia menyamar sebagai seorang pengusaha sukses Suriah. Menjalin hubungan yang sangat dekat dengan Jenderal Amin al Hafez, yang kelak menjadi Presiden Suriah. Pada tahun 1961, Suriah dilanda kemelut politik yang melahirkan kudeta militer. Cohen pergi dari Argentina dan kembali Israel, kemudian masuk ke Damaskus dan menjadi salah satu anggota partai Baath dan menjadi seorang pejuang Arab yang militan tanpa seorang pun mengetahui bahwa ia sebenarnya adalah seorang Yahudi, agen Mossad. Ia mendapatkan rekomendasi dari pejabat di kedutaan Suriah di Argentina untuk pulang dan memberi manfaat kepada Suriah.

Di dalam partai Baath ia menjadi orang yang sangat berpengaruh. Ia bahkan terlibat dalam muktamar nasional keenam yang dilakukan oleh partai Baath pada 5 Oktober 1963 yang dihadiri tokoh pendiri partai Baath sendiri. Michael Afflaq, sang pendiri partai bahkan berjanji menemui Eliahu Cohen.


Eli Cohen bersama Delegasi Pemimpin Maroko

Keterlibatannya dalam elit politik di Suriah, membuat Cohen mengumpulkan informasi yang sangat kaya. Sepanjang tahun 1962 sampai 1965, ia menyuplai Israel dengan berbagai informasi, mulai dari foto, sketsa pertahanan, nama-nama dan strategi militer Suriah. Dan data-data yang dikumpulkan oleh Cohen ini sangat berguna bagi Israel pada peristiwa Perang Enam Hari antara negara-negara Arab dan Israel.
(ditulis oleh Herry Nurdi, bersambung)