BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

22 Oktober 2011

Mengapa Mossad Gagal Habisi Khaled Meshal?

Mantan Kepala Mossad Danny Yatom dalam sebuah buku barunya mengungkapkan bahwa usaha untuk membunuh Ketua Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Khaled Meshaal, di ibu kota Yordania Amman pada tahun 1997 itu diperintahkan oleh Perdana Menteri Benyamin Netanyahu, dan itu bagian dari rencana untuk membunuhi 8 pemimpin Hamas sebagai pembalasan atas operasi Hamas di dalam wilayah Israel.


Sebuah bab utama dalam bukunya yang berjudul ‘Mitra Rahasia, dari Kepala Staf Gabungan sampai Mossad’ itu, Yatom menuliskan gagalnya Mossad dalam usaha pembunuhan Meshaal. Yatom menceritakan detail cerita kegagalan itu dan mengungkapkan beberapa rahasia konsekuensi dari operasi itu serta bagaimana peran kurcaci aktivis Hamas dalam mengejar dua agen Mossad yang kemudian keduanya berhasil dibekuk di jalanan Amman, Yordania.

Dia menunjukkan bahwa pada 25 September 1997, sel agen pembunuh Mossad di Yordania menerima informasi bahwa Meshaal dalam perjalanan dari rumah ke kantornya di Aman. Meshaal dalam kendaraannya dan didampingi oleh seorang sopirnya saja, tetapi para pemimpin dari operasi itu tidak menyadari bahwa bersama Meshaal ada dua putranya yang masih kecil-kecil.

Yatom melanjutkan, ketika itu orang-orang Mossad mengubah rencana mereka yang berbeda dengan instruksi yang ada, dan mereka melakukan kekeliruan yang tidak diperhitungkan, mereka tidak bertolak ke hotel dan mereka meninggalkan kendaraan mereka usai mereka berbelok lalu mereka turun dari kendaraan itu beberapa ratus meter dari lokasi operasi, yang menyebabkan operasi itu terkuak, akhirnya dua orang Mossad berhasil ditangkap dengan sangat memalukan.

Disebutkan bahwa Komisi Tachknover sangat bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan operasi. Demikian juga kepala Mossad bertanggung jawab atas kegagalan itu, lantaran operasi itu ternyata didasarkan atas informasi intelijen yang tidak memadai dari tempat kejadian perkara, dan bahwa kejadian itu telah mengancam perjanjian damai dengan Yordania.
Komisi itu juga mengkritik pilihan unit pembunuhan di Mossad (Kidon) untuk melakukan operasi itu, meskipun operasi sejenis tidak dilakukan di negara Arab. Komisi juga mengkritik pilihan para pelaksana operasi sensitive itu dimana mereka dibekali paspor palsu berkebangsaan Kanada sementara mereka tidak mahir bahasa Inggris.
Disebutkan bahwa harian Israel Ha'aretz mengungkapkan bahwa pada peringatan ke-10 dari operasi itu, Pusat Penelitian Biologi Israel adalah pihak yang menyiapkan racun pembunuh itu, dan racun itu sudah pernah digunakan oleh Mossad untuk membunuh Wadie Haddad seorang pemimpin di Front Kebangsaan.

Dalam bukunya itu Yatom mengklaim bahwa Yordania menarik kembali kesepakatan mengenai pembebasan 20 tahanan Yordania dan pendiri Hamas Sheikh Ahmed Yassin dan meminta lebih. lantas meledaklah amarah Menteri Luar Negeri Ariel Sharon dan berkata kepada Raja Hussein dalam sebuah pembicaraan di Amman untuk menyelesaikan masalah itu. "Jika Anda melanjutkan seperti ini, kami akan membiarkan kedua orang Mossad itu di tangan Anda. Tapi Anda tidak akan mendapatkan air dan kami akan membunuh Meshaal lagi", ujar Sharon. Maka ketika itu keduanya menyelesaikan kesepakatan.

Kemudian Yatom mengungkapkan kesedihannya, "Ironisnya, Meshal kembali hidup dan dimahkotai dengan lingkaran sebagai martir. Tapi aku mendapati diriku dalam pertempuran untuk melindungi reputasi saya setelah mereka menunjuk saya sendirian atas kegagalan dalam upaya pembunuhan itu."

Pada bagian lain bukunya itu, Yatom membeberkan pasang-surut perdamaian antara Israel, Suriah dan Yordania serta Palestina sejak Konferensi Madrid tahun 1992. Dia menegaskan bahwa pembunuhan Yitzhak Rabin pada 1995 itu memicu trauma nasional bagi Israel dan menyebabkan terbunuhnya proses perdamaian.

Yatom mengungkapkan bahwa Netanyahu setuju dalam saat masa jabatannya yang pertama kali untuk menarik Israel dari Dataran Tinggi Golan sesuai perbatasan Juni 1967, dan itu berbeda apa yang dia katakan secara terang-terangan hari ini, dan Yatom mengatakan perbedaan itu karena adanya tekanan internal.

Terkait reviewnya dari aksi turun ke jalan yang berakhir dengan penandatanganan perjanjian damai dengan Yordania pada tahun 1994, Yatom mengatakan bahwa semua perdana menteri Israel sejak Golda Meir telah bertemu dengan Raja Hussein secara diam-diam.

Yatom mengungkapkan bahwa Raja Hussein telah memanggil Rabin secara mendadak pada tahun 1995, yaitu setahun setelah penandatanganan perdamaian Arab Wadi dan Hussein memberitahunya bahwa Hussein Kamel, menantu Presiden Saddam Hussein, mengunjunginya di Amman dan dirinya telah diberitahu tentang niat Irak untuk kembali menyerang Kuwait dan keinginannya untuk menyelamatkan rakyat Irak dari Saddam dengan menggunakan Israel.

Yatom yang ketika itu ikut berpartisipasi dalam pertemuan mengatakan, Rabin berhasil meyakinkan Raja Hussein untuk tidak bekerjasama dengan Hussein Kamel, lantaran menantu Saddam itu tidak sungguh-sungguh dan tidak punya kemampuan untuk memimpin sebuah kudeta di Baghdad dan menasihatinya tidak untuk melakukan "petualangan."

Yatom juga menyediakan bab khusus yang mendalam terkait KTT Camp David pada tahun 2000 dan ia melontarkan kritik langsung kepada mantan Perdana Menteri Ehud Barak (yang bekerja di Kementerian Dalam Negeri dan bersikap abstain dari pemungutan suara selama pembahasan Pemerintah terkait kesepakatan Oslo) yang menolak untuk bertemu dengan mendiang Presiden Palestina Yasser Arafat secara pribadi dan tidak mulai meunjukkan sikap kemanusiaannya terhadap Arafat.

Yatom mengatakan, Arafat menolak untuk berbagi kedaulatan di Yerusalem Timur dan wilayah Al-Quds. Yatom juga mengklaim sebagian delegasi Mahmoud Abbas, Muhammad Dahlan, Ahmed Qurei, dan Hassan Asfour menganggap prinsip-prinsip Presiden Bill Clinton adalah dasar yang bagus untuk negosiasi, tidak seperti Arafat.

0 komentar: