BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

13 Maret 2013

Hewan yang dimanfaatkan untuk berperang

Para kesatria di atas kuda bisa merusak formasi pasukan musuh. lumba-lumba angkatan laut membantu membersihkan Pelabuhan Umm Qasr dari ranjau. tentara Roma dan Yunani menggunakan lebah untuk menghalangi musuh. Itulah sebagian hewan yang digunakan dalam perang. Hewan-hewan bisa jadi “senjata biologis” karena kemampuan mereka, paling tidak pada saat itu, tidak dapat disamai oleh kemampuan mesin. Berikut ini adalah sejumlah hewan yang seringkali dimanfaatkan dalam konflik.


Kelelawar

Kemarahan Amerika Serikat atas serangan Jepang ke Pearl Harbor menelurkan ide memasang bom di kelelawar. Percikan api diharapkan dapat dipicu untuk membakar kota-kota Jepang saat kelelawar ini bertengger di atap bangunan. Namun 
rencana ini batal, karena dalam pengujian banyak kelelawar tidak kooperatif dan kabur. Hingga kini, ilmuwan Pentagon masih mempelajari bagaimana mekanisme terbang kelelawar ini untuk mengembangkan desain pesawat dan robot mata-mata.


Unta

Di masa lampau, hewan ini banyak digunakan di kawasan panas dan kering di Afrika Utara dan Timur Tengah. Karena unta memiliki kemampuan bertahan di kondisi ekstrem dan seringkali tanpa air, di masa perang hewan ini cukup berguna. Bau unta kabarnya membuat takut kuda-kuda yang digunakan musuh. Tentara Persia terkadang mempersenjatai unta mereka. Sedangkan prajurit Arab seringkali menunggang unta saat penyerbuan untuk menaklukan suatu daerah. Peran unta dalam perang merosot sejak berkembangnya senjata api. Tapi, unta masih terlihat digunakan saat Perang Dunia I.



lebah

Sengat lebah bisa jadi senjata mematikan. Di zaman dulu, tentara Roma dan Yunani menggunakan lebah untuk menghalangi musuh. Penggunaan lebah berlanjut saat abad pertengahan, Perang Dunia I, dan Perang Vietnam. Ilmuwan Amerika Serikat juga menemukan kegunaan lebah untuk tujuan damai, yakni mendeteksi ranjau darat.


singa laut

Mamalia ini mampu melihat dalam kondisi cahaya minimal serta bisa mendengar di bawah permukaan air. Singa laut juga bisa berenang dengan kecepatan hingga 40 km/jam dan menyelam hingga kedalaman 300 meter. Dengan kemampuan ini, angkatan laut AS melatih singa laut untuk menandai ranjau.

merpati

Hewan ini memiliki kemampuan navigasi sehingga bisa kembali ke sarang meskipun telah menempuh perjalanan ratusan kilometer. Puncak kepopuleran penggunaan merpati terjadi pada saat Perang Dunia I, saat tentara sekutu menggunakan 200.000 merpati untuk keperluan komunikasi. Seekor Merpati bernama Cher Ami mendapat penghargaan setelah mengirim 12 pesan untuk benteng di Verdun, Prancis. Bangsa burung pensiun dari tugas militer setelah teknologi komunikasi berkembang pesat.


lumba-lumba

Hewan ini memiliki sonar biologis untuk mencari ranjau berdasarkan konsep gema. Pada masa Perang Teluk dan Perang Irak, lumba-lumba milik angkatan laut membantu membersihkan pelabuhan Umm Qasr dari ranjau.

gajah

Hewan besar ini bisa menginjak tentara, menusukkan gading, dan melempar orang dengan belalainya. Kerajaan kuno di India diperkirakan menjadi kerajaan pertama yang menjinakkan gajah. Tapi, kemampuan ini segera menyebar ke Persia dan Timur Tengah. Alexander Agung dikabarkan pernah menemui sepasukan gajah saat mencoba menaklukan suatu daerah. Kuda seringkali takut dengan pemandangan dan bau Gajah. Tentara manusia juga merasa diteror secara psikologis dengan bentuk Gajah yang sangat besar.


keledai

Tidak sehebat hewan perang lainnya, tapi ribuan pasukan akan menderita jika tak ada Keledai. Pasalnya, hewan inilah yang didaulat membawa makanan, bahkan persenjataan dan barang-barang lain yang dibutuhkan militer. Dulu, tentara Roma membawa satu Keledai tiap 10 legiun. Napoleon Bonaperte juga menaiki keledai saat melintasi Alpen. Keledai masih sering mendapat tugas militer hingga saat ini. Tentara AS bergantung pada hewan ini untuk mengantar barang ke pos-pos terpencil di pegunungan Afghanistan.


anjing

Orang-orang Spanyol menggunakan anjing yang dipersenjatai saat menaklukan Amerika Selatan di abad ke-16. Anjing juga berperan besar selama konflik di abad pertengahan di Eropa. Tugas anjing di masa modern kini meliputi mendeteksi bom dengan indera penciuman. Di Irak dan Afghanistan, anjing militer dikenakan rompi antipeluru demi menjamin keamanan selama bertugas.

kuda

Nah, ini hewan yang paling populer saat perang berlangsung. Manusia telah menjinakkan kuda setidaknya sejak 5.500 tahun lalu. Para kesatria di atas kuda bisa merusak formasipasukan musuh. Stabilitas di atas pelana dan sanggurdi membuat prajurit Mongol dapat berperang dan menembakkan panah dari atas kuda. Pertempuran besar dengan memanfaatkan kuda tidak berakhir, hingga tank dan senapan mesin muncul menjadi favorit.

Lumba-lumba Dilatih Jadi Hewan Pembunuh


Lumba-lumba dikenal sebagai mamalia laut yang cerdas, sosial, dan kerapkali menoreh reputasi baik sebagai penolong manusia yang terjebak di lautan luas.

Tetapi, baru-baru ini, seorang ahli melaporkan bahwa lumba-lumba telah dilatih sebagai hewan pembunuh oleh Angkatan Laut Ukraina.

Di awal bulan ini, media lokal setempat juga melaporkan, dua dari lima lumba-lumba yang sudah dilatih militer telah kembali ke pangkalannya di Pelabuhan Sevastopol Krimea, Ukraina.


Namun, Kementerian Pertahanan Ukraina membantah laporan tersebut. Mereka menolak tuduhan bahwa Angkatan Laut-nya telah menggunakan lumba-lumba sebagai pasukan militer. Meski begitu, media Ukraina sering menampilkan foto-foto tubuh mamalia laut itu terikat pada peralatan militer.

"Pelatihan militer yang dilakukan terhadap lumba-lumba sudah cukup lama dilakukan, yaitu pada tahun 1980," kata Yury Plyachenko, seorang mantan Angkatan Laut Soviet, dilansir RIA Novosti, 14 Maret 2013.

Dia menjelaskan, pada zaman Uni Soviet dulu, lumba-lumba yang berada di Pelabuhan Sevastopol Krimea dilatih untuk menemukan peralatan militer.

"Mereka (lumba-lumba) mempunyai kemampuan untuk menemukan ranjau di laut, menyerang pasukan katak dari pihak musuh, bahkan dipasangkan bahan peledak di kepala untuk melumpuhkan kapal musuh," ujar Plyachenko.

Setelah Uni Soviet pecah, pembagian armada lautnya dibagi menjadi dua, kepada Rusia dan Ukraina. Sementara bagian pelatihan spesialis lumba-lumba diberikan kepada Angkatan Laut Ukraina.

Seorang sumber dari Angkatan Laut di Pelabuhan Sevastopol Krimea mengatakan kepada RIA Novosti, bahwa tahun lalu Angkatan Laut Ukraina telah melanjutkan pelatihan lumba-lumba untuk menyerang pasukan katak dan mendeteksi ranjau dari para musuhnya.


"Lumba-lumba pembunuh ini dilatih dan dipasangkan pisau dan pistol khusus untuk menyerang para pasukan perenang musuh," ungkap sumber tersebut.

22 Oktober 2011

Mengapa Mossad Gagal Habisi Khaled Meshal?

Mantan Kepala Mossad Danny Yatom dalam sebuah buku barunya mengungkapkan bahwa usaha untuk membunuh Ketua Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Khaled Meshaal, di ibu kota Yordania Amman pada tahun 1997 itu diperintahkan oleh Perdana Menteri Benyamin Netanyahu, dan itu bagian dari rencana untuk membunuhi 8 pemimpin Hamas sebagai pembalasan atas operasi Hamas di dalam wilayah Israel.


Sebuah bab utama dalam bukunya yang berjudul ‘Mitra Rahasia, dari Kepala Staf Gabungan sampai Mossad’ itu, Yatom menuliskan gagalnya Mossad dalam usaha pembunuhan Meshaal. Yatom menceritakan detail cerita kegagalan itu dan mengungkapkan beberapa rahasia konsekuensi dari operasi itu serta bagaimana peran kurcaci aktivis Hamas dalam mengejar dua agen Mossad yang kemudian keduanya berhasil dibekuk di jalanan Amman, Yordania.

Dia menunjukkan bahwa pada 25 September 1997, sel agen pembunuh Mossad di Yordania menerima informasi bahwa Meshaal dalam perjalanan dari rumah ke kantornya di Aman. Meshaal dalam kendaraannya dan didampingi oleh seorang sopirnya saja, tetapi para pemimpin dari operasi itu tidak menyadari bahwa bersama Meshaal ada dua putranya yang masih kecil-kecil.

Yatom melanjutkan, ketika itu orang-orang Mossad mengubah rencana mereka yang berbeda dengan instruksi yang ada, dan mereka melakukan kekeliruan yang tidak diperhitungkan, mereka tidak bertolak ke hotel dan mereka meninggalkan kendaraan mereka usai mereka berbelok lalu mereka turun dari kendaraan itu beberapa ratus meter dari lokasi operasi, yang menyebabkan operasi itu terkuak, akhirnya dua orang Mossad berhasil ditangkap dengan sangat memalukan.

Disebutkan bahwa Komisi Tachknover sangat bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan operasi. Demikian juga kepala Mossad bertanggung jawab atas kegagalan itu, lantaran operasi itu ternyata didasarkan atas informasi intelijen yang tidak memadai dari tempat kejadian perkara, dan bahwa kejadian itu telah mengancam perjanjian damai dengan Yordania.
Komisi itu juga mengkritik pilihan unit pembunuhan di Mossad (Kidon) untuk melakukan operasi itu, meskipun operasi sejenis tidak dilakukan di negara Arab. Komisi juga mengkritik pilihan para pelaksana operasi sensitive itu dimana mereka dibekali paspor palsu berkebangsaan Kanada sementara mereka tidak mahir bahasa Inggris.
Disebutkan bahwa harian Israel Ha'aretz mengungkapkan bahwa pada peringatan ke-10 dari operasi itu, Pusat Penelitian Biologi Israel adalah pihak yang menyiapkan racun pembunuh itu, dan racun itu sudah pernah digunakan oleh Mossad untuk membunuh Wadie Haddad seorang pemimpin di Front Kebangsaan.

Dalam bukunya itu Yatom mengklaim bahwa Yordania menarik kembali kesepakatan mengenai pembebasan 20 tahanan Yordania dan pendiri Hamas Sheikh Ahmed Yassin dan meminta lebih. lantas meledaklah amarah Menteri Luar Negeri Ariel Sharon dan berkata kepada Raja Hussein dalam sebuah pembicaraan di Amman untuk menyelesaikan masalah itu. "Jika Anda melanjutkan seperti ini, kami akan membiarkan kedua orang Mossad itu di tangan Anda. Tapi Anda tidak akan mendapatkan air dan kami akan membunuh Meshaal lagi", ujar Sharon. Maka ketika itu keduanya menyelesaikan kesepakatan.

Kemudian Yatom mengungkapkan kesedihannya, "Ironisnya, Meshal kembali hidup dan dimahkotai dengan lingkaran sebagai martir. Tapi aku mendapati diriku dalam pertempuran untuk melindungi reputasi saya setelah mereka menunjuk saya sendirian atas kegagalan dalam upaya pembunuhan itu."

Pada bagian lain bukunya itu, Yatom membeberkan pasang-surut perdamaian antara Israel, Suriah dan Yordania serta Palestina sejak Konferensi Madrid tahun 1992. Dia menegaskan bahwa pembunuhan Yitzhak Rabin pada 1995 itu memicu trauma nasional bagi Israel dan menyebabkan terbunuhnya proses perdamaian.

Yatom mengungkapkan bahwa Netanyahu setuju dalam saat masa jabatannya yang pertama kali untuk menarik Israel dari Dataran Tinggi Golan sesuai perbatasan Juni 1967, dan itu berbeda apa yang dia katakan secara terang-terangan hari ini, dan Yatom mengatakan perbedaan itu karena adanya tekanan internal.

Terkait reviewnya dari aksi turun ke jalan yang berakhir dengan penandatanganan perjanjian damai dengan Yordania pada tahun 1994, Yatom mengatakan bahwa semua perdana menteri Israel sejak Golda Meir telah bertemu dengan Raja Hussein secara diam-diam.

Yatom mengungkapkan bahwa Raja Hussein telah memanggil Rabin secara mendadak pada tahun 1995, yaitu setahun setelah penandatanganan perdamaian Arab Wadi dan Hussein memberitahunya bahwa Hussein Kamel, menantu Presiden Saddam Hussein, mengunjunginya di Amman dan dirinya telah diberitahu tentang niat Irak untuk kembali menyerang Kuwait dan keinginannya untuk menyelamatkan rakyat Irak dari Saddam dengan menggunakan Israel.

Yatom yang ketika itu ikut berpartisipasi dalam pertemuan mengatakan, Rabin berhasil meyakinkan Raja Hussein untuk tidak bekerjasama dengan Hussein Kamel, lantaran menantu Saddam itu tidak sungguh-sungguh dan tidak punya kemampuan untuk memimpin sebuah kudeta di Baghdad dan menasihatinya tidak untuk melakukan "petualangan."

Yatom juga menyediakan bab khusus yang mendalam terkait KTT Camp David pada tahun 2000 dan ia melontarkan kritik langsung kepada mantan Perdana Menteri Ehud Barak (yang bekerja di Kementerian Dalam Negeri dan bersikap abstain dari pemungutan suara selama pembahasan Pemerintah terkait kesepakatan Oslo) yang menolak untuk bertemu dengan mendiang Presiden Palestina Yasser Arafat secara pribadi dan tidak mulai meunjukkan sikap kemanusiaannya terhadap Arafat.

Yatom mengatakan, Arafat menolak untuk berbagi kedaulatan di Yerusalem Timur dan wilayah Al-Quds. Yatom juga mengklaim sebagian delegasi Mahmoud Abbas, Muhammad Dahlan, Ahmed Qurei, dan Hassan Asfour menganggap prinsip-prinsip Presiden Bill Clinton adalah dasar yang bagus untuk negosiasi, tidak seperti Arafat.

21 Oktober 2011

KIDON Unit Pembunuh dalam Mossad

Tugas utama yang ditugaskan kepada para agen Mossad adalah melaksanakan tugas-tugas khusus dalam penculikan, eksekusi dan operasi pembunuhan. Para petinggi Mossad telah membentuk unit khusus untuk tujuan operasi pembunuhan. Unit khusus ini dilatih berulang kali untuk mencapai target pembunuhan dengan sukses.

Tujuan yang paling penting dari pendirian unit khusus ini adalah untuk melakukan pencegahan, intimidasi dan menggagalkan kegiatan-kegiatan anti-entitas Israel sebagai tujuan umum Mossad.

Di tengah ramainya pemberitaan tentang operasi pembunuhan baru-baru ini terhadap pemimpin militer Hamas di Dubai, Mahmud Mabhuh, laporan ini mencoba menyoroti secara khusus kesatuan pembunuhan di dalam Mossad, yang dikenal sebagai “Kidon”.

Apa Karakter dari Satuan Pembunuh Ini?

“Kidon” berarti belati yang dipasang di pada senjata api atau (bayonet). Yaitu sebuah unit khusus di Bagian Operasi Khusus Mossad “Metsada”, yang bertanggung jawab atas operasi-operasi pembunuhan dalam dinas intelijen Israel Mossad. “Kidon” merupakan satu-satunya (satuan) unit di dunia yang disiapkan secara resmi untuk melaksanakan operasi-operasi pembunuhan. Terdiri dari beberapa tim, setiap tim terdiri dari dua belas orang, juga disebut “Kaisarea”.

Doktrin Pembunuhan di “Kidon”

Mossad melatih anggota satuan “Kidon” tentang bagaimana menggunakan senjata, melindungi diri sendiri dan memandang rendah kematian. Mereka dilatih bagaimana cara menarik pistol sambil duduk di restoran, jika perlu, baik dengan cara menjatuhkan diri ke belakang kursi atau melancarkan tembakan dari bawah meja, atau menjatuhkan diri ke belakang sambil menendang meja pada saat yang bersamaan, kemudian melepaskan tembakan, semua dalam satu gerakan.

Pertanyaannya adalah apa yang terjadi pada saat di keramaian orang-orang yang tidak bersalah? (Salah seorang peserta latihan mengatakan): kami belajar bahwa di tempat terjadinya penembakan tidak ada orang-orang yang tidak bersalah. Orang yang ada di situ akan melihat kematianmu atau kematian orang lain, jika kamu yang mati, apakah kamu peduli bila orang yang menyaksikan mengalami cedera? Tentu saja tidak. Yang ada dalam pikiran adalah tetap hidup, kamu yang tetap hidup. Kamu harus melupakan semua yang pernah kamu dengar tentang keadilan.

Dalam posisi seperti ini maka hanya ada dua hal yang terjadi, kamu yang membunuh atau terbunuh. Kewajiban kamu adalah melindungi raja Mossad, yaitu melindungi diri kamu sendiri. Begitu kamu kehilangan ini maka kamu kehilangan rasa malu egois, meskipun egois tampak bagaikan barang yang bernilai – sesuatu yang sulit bagi kamu untuk hilang dri kamu ketika kami kembali ke rumahmu pada akhir hari.

Pembunuhan yang Paling Terkenal

Unit khusus Mossad ini memiliki berbagai metode dalam pembunuhan, yang semuanya menunjukkan besarnya kebencian yang disembunyikan dan ditunjukkan oleh para pemimpin Zionis. Nampaknya yang paling meluas adalah pembunuhan yang dilakukan sebagai respon atas aksi di Munich yang dilakukan oleh orang Palestina terhadap delegasi olah raga Zionis pada awal tahun tujuh puluhan:

1. Pada Oktober 1972, pembunuhan terhadap Wael Zuaiter, perwakilan PLO di Italia. Pembunuhan dilakukan dengan memberondongkan selusin peluru di tempat yang berbeda pada tubuh korban.

2. Pada Januari 1973, pembunuhan terhadap Hussein Bashir, perwakilan Fatah di Siprus, dengan cara pemasala alat peledak di bawah tempat tidurnya di Hotel Olympic di Nicosia.

3. Pada bulan April 1973, pembunuhan terhadap Dr. Yasser al Qubosy, profesor hukum di Universitas Amerika di Beirut. Dia dihabisi dengan berondongan 12 peluru di Paris seperti yang terjadi pada Zuaiter.

4. Pada Desember 1977, pembunuhan terhadap Muhamad Hamshari, perwakilan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Perancis, yang percaya sebagai pemimpin Black September di Perancis. Pembunuhan dilakukan melalui alat peledak yang ditanam di bawah meja kantornya.

Di mana seorang agen Mossad yang menyamar sebagai seorang jurnalis untuk melakukan wawancara telepon dengannya mengatur pembunuhan ini, dengan memberikan isyarat kepada agen lain yang bertugas meledakkan bom saat Hamshari tiba di kantornya.

5. Pada bulan Maret 1990, Mossad memunuh «Gerald Bull» ilmuwan Kanada yang mengembangkan program militer yang terkenal dengan (senjata pemusnah) untuk kepentingan Irak. Pembunuhan dilakukan di kamar korban di kota Brussel. Aksi ini memiliki dampak paling besar dalam proses penghentian pengembangan program ini.

6. Pada Oktober 1995, pembunuhan terhadap Dr. Fathi Shakaki, Sekretaris Jenderal gerakan Jihad Islam Palestina di Malta. Tokoh perlawanan Palestina ini dihabisi dengan dua peluru menembus kepalanya yang ditembakkan dari jarak dekat di sisi kanan.

Aksi-aksi yang Gagal

1. Pada tahun 1973, di Lillehammer di Norwegia, Kidon membunuh Ahmad Bouchikhi al Maghribi yang sedang keluar bersama istrinya yang sedang hamil pergi ke rumahnya. Kidon menyakini dia adalah Hasan Ali Salamah, pemimpin aksi berani mati di Munich. Para agen “Kidon” berhasil ditangkap oleh pihak berwenang Norwegian, yang kemudian dikenal sebagai skandal “Lillehammer”.

Setelah itu dihentikan aksi mengejar Hasan Ali Salamah beberapa waktu untuk kemudian dilanjutkan kembali pada era Menachem Begin. Maka dimulailah kembali ide untuk menghabisi Hasan Ali Salamah. Tugas ini diberikan kepada Mike Harari. Dia akhirnya bisa menghabisi Hasan Ali Salamah dengan bom mobil setelah 5 kali usaha pembunuhan yang gagal. Zionis Israel menjulukinya dengan “Pangeran Merah” karenanya sulitnya mengejar dia dalam persembunyian.

2. Pada awal tahun sembilan puluhan, dua anggota unit “Kidon” di ibukota Austria, “Wina”, terbunuh ketika keduanya sedang memburu Wakil Menteri Pertahanan Iran Majed Absfor, sepeda motor keduanya terjungkal dan tersangkut mobil yang melaju cepat. Sampai saat ini pihak Zionis Israel menolak menyebutkan nama keduanya, meskipun sudah lewat 14 tahun kematian keduanya. Foto mereka digantung di sebuah ruangan di sebelah foto Eli Cohen, mata-mata Zionis yang dihukum mati di Damaskus.

3. Pada tahun 1997 adalah usaha pembunuhan pertama yang dilakukan “Kidon” di tanah Arab. Yaitu usaha untuk membunuh Khaled Mesy’al, pemimpin Hamas, dengan penyemprotan racun. Pembunuhan di Negara-negara Arab dilakukan melalui oleh unit-unit khusus militer Israel seperti “Brigade Staf” atau Siirt Matkal yang membunuh Abu Jihad, komandan nomor dua di gerakan Fatah di Tunisia.

Pemimpin Terkenal

- Hagai Hadas, ketua tim perundingan resmi dalam pembebasan serdadu Israel Gilad Shalit, yang saat ini ditahan oleh perlawanan Palestina di Jalur Gaza. Menurut laporan-laporan asing, dia dulu memimpin unit Kidon ketika operasi pembunuhan Shikaki pada tahun 1995.

- Tzipi Livni, mantan Menteri Luar Negeri Zionis dan ketua Partai Kadima. Dalam sebuah laporan Perancis diungapkan bahwa Tzipi Livni adalah bagian dari unit khusus Mossad tersebut, yang memasukkan racun ke ilmuwan nuklir Irak di Paris pada tahun 1983.

Al Majd, 8/2/2010 (asw)


Operasi Murka Tuhan, MOSSAD.

Kembali membahas tentang para agen rahasia Mossad, kali ini saya mengangkat kembali tentang kisah Mossad yang paling mencekam dalam sejarah dunia dalam operasi mereka yang dinamakan'The Wrath of God Operation' (Operasi Murka Tuhan).

Dalam artikel Mossad, agen rahasia yang paling ditakuti dunia, sudah saya singgung bahwa tidak ada opsi gagal dalam operasi mereka. Semua kisah tentang Mossad membuat image mengenai Mossad lebih identik dengan agen pembunuh yang disegani di berbagai belahan dunia.

Salah satu aksi yang paling terkenal kejam dari Mossad adalah 'The Wrath of God operation' atau Operasi Murka Tuhan. Operasi ini digagas oleh Golda Meir, perdana menteri Israel saat itu, untuk menanggapi Pembantaian München atau yang lebih dikenal dengan Peristiwa September Hitam, dimana pada tanggal 5 September 1972 kelompok teroris Palestina menculik dan membunuh 11 atlet Israel yang sedang berada di München guna mengikuti Olimpiade.

Pemicu

Operasi Murka Tuhan dilancarkan akibat operasi September Hitam yang didalangi oleh para kelompok teroris Palestina yang menuntut para tahanan Palestina agar dibebaskan dari penjara Israel dan Jerman Barat.

Pada tanggal 4 september 1972, kelompok radikal Palestina melancarkan aksi teror bersandi operasi Berim Ikrit. Sasarannya perkampungan atlet Israel peserta Olimpiade München. Asrama atlet Israel itu bersebelahan dengan asrama atlet Hong Kong dan Uruguay. Asrama itu terletak dekat bandara Furstenfeldburch, yaitu Asrama Olimpiade, Apartemen Connolystrasse, Blok 31 München. Penculikan atas sebelas atlet Israel ini dilangsungkan pukul 04.30 dini hari ketika para olahragawan ini tengah tertidur lelap. Pukul 4.00 subuh sebelumnya, 8 anggota teroris memanjat pagar setinggi 1.8 meter di Kusoczinskidamm yang berjarak hanya 500 meter dari asrama atlet Israel.

Salah seorang anggota teroris Black September yang terlihat di balkon asrama atlet olimpiade Israel.

Pegulat Israel Yossef Gutfreund adalah orang yang paling awal mendengar bunyi mencurigakan di apartemennya. Ketika ia memeriksanya, ia mendapati pintu apartemennya berusaha dibuka sebelum akhirnya ia mulai berteriak memerintahkan teman-temannya yang lain untuk menyelamatkan diri mereka seraya mendorong tubuh kekarnya menahan laju pintu dari tekanan para anggota Black September. Dua orang atlet Israel berhasil meloloskan diri, sementara delapan lainnya memilih untuk bersembunyi. Seorang atlet angkat berat,Yossef Romano berusaha merebut senjata salah satu teroris, tragisnya ia lalu tertembak dan tewas seketika. Hal yang sama juga terjadi pada Mosche Weinberg, pelatih gulat yang juga tewas saat hendak menyerang anggota teroris lainnya dengan pisau buah. Setelah menawan sembilan atlet Israel, pihak teroris menuntut dibebaskannya 234 tawanan Palestina dari penjara Israel dan dua pemimpin kelompok golongan kiri, Baader-Meinhof, Ulrike Meinhof dan Andreas Baader. dari penjara Jerman Barat. Mereka lalu meminta rute aman menuju Mesir. Pemerintah Jerman pun mengabulkan mengenai rute aman ke Mesir. Saat itu Menteri Bavaria yang juga bertanggung jawab atas Asrama Olimpiade di München sempat menawarkan diri sebagai ganti dari kesembilan atlet Israel untuk ditawan oleh para teroris, tapi tawaran ini ditolak mentah-mentah oleh pihak teroris. 1 jam kemudian, Kanselir Jerman Barat, Willy Brandt menghubungi Perdana Menteri, Israel Golda Meir melalui telepon, Kanselir Jerman Barat mencoba membujuk perdana menteri Israel, Golda Meir untuk mengabulkan permintaan para teroris, tapi meskipun dibawah ancaman teroris, Israel tetap enggan mengabulkan permintaan para teroris. Jerman sendiri saat itu sudah bersedia membebaskan Baader-Meinhof, Ulrike Meinhof dan Andreas Baader dari penjara di Jerman Barat.




Bandara ini merupakan saksi bisu terjadinya drama pembebasan sandera yang gagal dilakukan terhadap para teroris Black September.




Setelah perundingan yang cukup lama, akhirnya 8 anggota teroris dan 8 tawanan di bawa dengan bus Volkswagen ke Bandara Furstenfeldbruck. Di sana sudah disediakan sebuah Jet jenis 727 yang rencananya akan membawa mereka ke Mesir dengan aman. Tapi ini semua adalah jebakan. Pemerintah Jerman Barat telah menyusun skenario pembebasan para sandera di dalam pesawat tersebut. Sekitar 5-6 orang polisi disamarkan dengan berpura-pura menjadi kru pesawat, lebih dari 8 penembak jitu disiagakan di titik-titik yang tidak terlihat oleh para teroris.

Para personil keamanan sudah diberi wewenang untuk menembak begitu aba-aba diberikan, hal ini juga berdasarkan pengamatan terhadap para anggota teroris yang diketahui tidak mengenakan perlengkapan anti peluru apapun. Drama skenario pembebasan ini awalnya berjalan sesuai rencana. Tiba-tiba dua personil dari anggota kepolisian Jerman Barat berindak gegabah dengan memulai tembakan pertama ketika para target belum berada di lokasi sasaran. Tembak-menembak pun terjadi di luar rencana, skenario menjadi kacau dengan berujung kepada jatuhnya korban dari kedua belah pihak. Drama penyanderaan yang berlangsung selama 21 jam akhirnya berakhir dengan peledakan sebuah helikopter. 3 anggota teroris, semua tawanan atlet Israel yang berjumlah 11 orang dan satu anggota kepolisian Jerman Barat pun tewas dalam baku tembak tersebut.

Aksi Black September Lainnya

Aksi teror lainnya dari Black September selain insiden Munich antara lain:

28 November 1971, empat anggotanya melakukan penembakan atas perdana menteri Yordania, Wasfi Al-Tal.
Desember 1971, Penyerangan terhadap Zeid Al Rifei, Duta Besar Yordania yang bertugas di London.
Februari 1972, penyabotasean atas instalasi listrik Jerman serta lahan gas di Belanda.
Mei 1972, Pembajakan penerbangan Belgia, Sabena 572 yang bertolak dari Viena menujuLod.
10 September 1972, kelompok ini membajak sebuah pesawat Boeing 707 Lufthansa dengan rute Ankara-Beirut untuk dibarter dengan anggotanya yang tertangkap dalam insiden Olimpiade. Walau diprotes Israel, pemerintah Jerman Barat tak punya pilihan lain demi keselamatan seisi pesawat.

22 Januari 1973, Operasi Black September melakukan pembalasan atas terbunuhnya para pemimpin mereka dengan membunuh salah satu agen Mossad di Madrid, Baruch Cohen.

1 Maret 1973, serangan pada kantor kedutaan Arab Saudi di Khartoum yang menewaskan dua perwakilan kedubes Amerika dan seorang pejabat berwenang Belgia.

9 April 1973, tiga anggota Operasi Black September berupaya membajak pesawat terbangArkia milik Israel di bandara Nikosia. Aksi ini digagalkan satpam pesawat. Dua anggota Black September dan seorang polisi Siprus tewas dalam kontak senjata. Hanya dalam beberapa jam kemudian, rumah dubes Israel di Nikosia diledakkan meski kosong.

Aksi Mossad

Menanggapi aksi tersebut, Israel kemudian memikirkan cara agar peristiwa ini tidak terulang lagi. Perdana Menteri Israel, Golda Meir kemudian membentuk Komite X, yang hanya terdiri dari beberapa pejabat pemerintah yang bertugas untuk merundingkan respon Israel atas peristiwa September Hitam khususnya Insiden München. Dalam komite ini termasuk di dalamnya sang perdana menteri sendiri, Menteri Pertahanan Israel yakni, Moshe Dayan sebagai kepala komite, dan Zvi Damir yang saat itu menjabat sebagai direktur Mossad. Setelah melewati beberapa perundingan dalam rapat komite, komite ini kemudian sampai pada kesimpulan bahwa Israel harus mencegah hal yang sama terjadi di masa depan dengan cara yang dibutuhkan. Kesimpulan cara yang dibutuhkan pun kemudian sampai pada kesimpulan bahwa semua yang terlibat dalam operasi September Hitam harus dibunuh.

Markas Besar Angkatan Bersenjata Israel kemudian membentuk tim khusus yang beranggotakan personel terbaik Mossad dan A’man (intelijen militer). Mossad sendiri kemudian mengaktifkan unit pembunuh mereka bernama, Kidon atau yang lebih dikenal dengan unit bayonet. Unit ini bertugas untuk melacak siapa saja yang terlibat dalam operasi September Hitam, kemudian membunuh semua yang terlibat dalam Operasi mereka yang dinamakan Operasi Murka Tuhan.

Operasi Murka Tuhan tidak hanya ditujukan untuk membunuh mereka yang menculik dan membunuh para atlet Israel, tetapi hingga para dalang peristiwa September Hitam pun diburu dan dibunuh. Berita resmi dari berbagai negara melaporkan bahwa sekitar puluhan orang yang terlibat dengan operasi September Hitam di Eropa telah diburu dan berhasil dibunuh. Desas-desus justru mengatakan bahwa sebenarnya korban yang dibunuh Mossad mencapai ratusan orang karena Mossad juga membunuh keluarga mereka yang terlibat dengan operasi September Hitam bahkan hingga mereka yang hanya dicurigai terlibat sekalipun. Hasilnya, Mossad menorehkan nama yang berbeda dari antara agen rahasia negara lainnya, mereka disegani, diperhitungkan, ditakuti, tapi karena kekejamannya.

Berikut adalah aksi-aksi yang dilakukan oleh Mossad dalam Operasi Murka Tuhan:

Pembunuhan pertama terjadi pada 16 Oktober 1972. Saat itu dua agen Israel telah menunggu seorang pejabat Palestina bernama Wael Abdel Zwaiter selesai dari makan malamnya. Dua agen tersebut menunggu hanya sekitar 30 menit di gedung apartemen Abdel Zwaiter di Roma. Begitu Abdel Zwaiter pulang dari makan malamnya, 11 tembakan langsung menghujani tubuh sang pejabat yang dituduh Mossad terlibat dalam Operasi September Hitam.

Target kedua Mossad adalah Dr. Mahmoud Hamshari, yang merupakan perwakilan PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) di Perancis. Seorang agen Mossad menyamar sebagai jurnalis untuk membuat Hamshari keluar sebentar dari kamarnya agar memungkinkan agen Mossad lainnya memasang sebuah bom telepon di dalam telepon kamar Hamshari. Pada malam hari tanggal 8 Desember 1972, Hamshari mengangkat sebuah telepon dari seorang jurnalis yang baru saja bertemu dengannya, dan ... KABOOMM!! (meledak mode: on). Mossad percaya bahwa Dr. Mahmoud Hamshari adalah pemimpin Operasi September Hitam di Perancis.

Pada malam hari di tanggal 24 Januari 1973, Hussein Al Bashir (Hussein Abad Al Chir)baru saja mematikan lampu kamar hotel dimana dia menginap yaitu Olympic Hotel di Nicosia. Kurang dari 3 detik kemudian sebuah bom yang dipasang dibawah tempat tidurnya meledak dan memporak-porandakan kamarnya termasuk orangnya. Al Bashir pun tewas. Mossad menganggapnya sebagai pemimpin Operasi September Hitam di Siprus.

Pada tanggal 6 April 1973 di Paris, ketika Dr. Basil Al-Kubaissi (seorang profesor hukum di Universitas Amerika Beirut) dicurigai oleh Mossad sebagai penyedia logistik terhadap operasi September Hitam, Mossad mengirim satu orang agennya untuk menghabisi target. Al-Kubaissi kemudian ditemukan tewas ketika baru pulang dari makan malamnya. Dia tewas dengan 12 tembakan di tubuhnya

Ali Hassan Salameh

Mossad menganggap Ali Hassan Salameh yang mempunyai julukan Pangeran Merah sebagai dalang dari Insiden di Munchen. Pada November 1978, seorang agen Mossad mengaku sebagaiErika Chambers memasuki lebanon dengan paspor Inggris palsu, dan menyewa sebuah apartemen di Rue Verdun. Beberapa saat kemudian para agen Mossad lainnya mulai datang berkumpul di apartemen tersebut, termasuk dengan dua agen Mossad lainnya yang juga menggunakan nama samaran Roland Petrus dan Scriver Kolbergyang menggunakan paspor Inggris dan Kanada yang juga palsu semuanya. Setelah tiga agen sudah terkumpul, strategi pun disusun. Bahan peledak pun disiapkan dan dikemas dalam plastik yang kemudian akan diangkut sebuah mobil Volkswagen. Drama pembunuhan Ali Hassan Salameh akan direncanakan dengan sebuah bom mobil yang akan diparkirkan dimana mobil yang ditumpangi Ali Hassan Salameh akan melintas. Pada pukul 3.35 di tanggal 22 Januari 1979, Ali Hassan Salameh tewas akibat sebuah bom mobil yang didalangi hanya oleh 3 agen Mossad.

Serbuan Mossad dan Pasukan Komando Israel

Selain membunuh orang-orang yang terlibat dengan Black September, Israel juga menggelar operasi rahasia di Libanon dengan sasaran di 4 lokasi berbeda yaitu markas kelompok DFLP dan kompleks pelatihan Al Fatah di Sidon, pabrik senjata dan amunisi PLO di Al Qusay (kawasan Sabra) dan sasaran utama kompleks kediaman para pentolan Black September di kawasan mewahRamlat El Bida. Dalam operasi yang bersandi Mivtza Aviv Ne’urim alias 'Operasi awal musim semi' ini anggota Mossad dan pasukan komando Israel berhasil membunuh 3 pentolan Black September yaitu Muhammed Yusuf el Najer alias Abu Yusuf beserta istrinya, Kemal Nasser dan Kemal Adwan. Pentolan Black September lainnya, Muhammed Boudia lolos dari maut karena sedang pergi ke Suriah. Mossad juga menghancurkan markas DFLP, gedung berlantai tujuh itu diledakkan setelah seluruh dokumennya dikuras. Dalam serbuan selama 30 menit tersebut tercatat sedikitnya 200 orang gerilyawan Palestina tewas, selain ratusan ton senjata berhasil dihancurkan. Selain tentu saja ribuan lembar dokumen penting yang segera menjadi santapan pihak intelijen Israel dan Barat.